PTSLOT – Beberapa pekan terakhir, pasar saham global menunjukkan volatilitas tinggi. Faktor utama penyebab gejolak ini antara lain kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global, kenaikan suku bunga oleh bank sentral utama dunia, serta ketegangan geopolitik di beberapa kawasan.
Indeks saham utama seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nikkei 225 mencatat pergerakan tidak menentu, sementara investor global mulai mengalihkan aset ke instrumen yang dianggap lebih aman seperti obligasi pemerintah dan emas.
Selain itu, data inflasi yang belum stabil di Amerika Serikat dan Eropa turut memperkuat kekhawatiran bahwa kebijakan moneter ketat akan bertahan lebih lama dari perkiraan. Kondisi ini menciptakan efek domino bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang memiliki keterkaitan erat dengan arus modal asing.
Dampaknya terhadap IHSG: Tekanan atau Peluang?
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak luput dari dampak ketidakpastian global. Pada awal November 2025, IHSG sempat terkoreksi tipis, mengikuti tren pelemahan bursa regional Asia.
Namun menariknya, fundamental ekonomi domestik Indonesia masih relatif kuat, yang membuat koreksi IHSG cenderung terbatas.
Beberapa sektor yang masih menunjukkan ketahanan antara lain:
-
Sektor perbankan, didorong oleh pertumbuhan kredit yang stabil.
-
Sektor konsumsi, karena daya beli masyarakat tetap terjaga.
-
Sektor energi dan tambang, yang diuntungkan oleh harga komoditas global yang tinggi.
Meski demikian, investor asing terlihat melakukan aksi jual bersih (net sell) di beberapa sesi perdagangan, terutama di saham-saham berkapitalisasi besar. Hal ini lebih disebabkan oleh sentimen global ketimbang kondisi ekonomi dalam negeri.
Faktor Domestik yang Bisa Menopang IHSG
Walau pasar global penuh ketidakpastian, sejumlah faktor domestik memberi harapan positif bagi prospek IHSG ke depan, seperti:
-
Stabilitas ekonomi nasional dengan pertumbuhan PDB yang masih di atas 5%.
-
Inflasi terkendali di bawah target 3%, mendukung daya beli masyarakat.
-
Arus modal investasi asing langsung (FDI) yang meningkat, terutama di sektor manufaktur dan energi terbarukan.
-
Kinerja emiten yang secara umum masih mencatatkan pertumbuhan laba positif di kuartal ketiga 2025.
Selain itu, kebijakan fiskal pemerintah yang berfokus pada infrastruktur dan digitalisasi ekonomi dapat menjadi katalis jangka menengah yang mendukung stabilitas pasar saham nasional.
Strategi Investor: Bertahan di Tengah Ketidakpastian
Menghadapi kondisi pasar yang bergejolak, strategi defensif menjadi pilihan yang bijak. Beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan investor antara lain:
-
Diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko, dengan mengalokasikan dana ke instrumen seperti reksa dana pasar uang atau obligasi.
-
Fokus pada saham berfundamental kuat, terutama perusahaan dengan rasio utang rendah dan arus kas positif.
-
Manfaatkan momentum koreksi untuk akumulasi saham sektor defensif seperti konsumsi dasar, perbankan, dan telekomunikasi.
-
Pantau kebijakan suku bunga BI dan pergerakan nilai tukar rupiah, karena keduanya sangat berpengaruh terhadap sentimen pasar.
Investor juga disarankan untuk tidak terlalu reaktif terhadap fluktuasi harian, dan lebih menitikberatkan pada analisis jangka panjang berdasarkan fundamental ekonomi.
IHSG Masih Punya Ruang untuk Tumbuh
Meskipun pasar saham global tengah bergejolak, kondisi ekonomi Indonesia yang stabil dan prospek jangka menengah yang cerah menjadi penopang utama IHSG.
Sentimen jangka pendek memang bisa menekan pergerakan indeks, namun bagi investor jangka panjang, fase koreksi seperti ini justru dapat menjadi peluang emas untuk masuk ke pasar.
Dengan strategi yang tepat, disiplin, dan pandangan jangka panjang, IHSG masih berpotensi tumbuh positif di sisa tahun 2025.
Sumber: erdjd.com